And All That Jess, An Interview With Jessie Setiono

Jessie Setiono

Jessie Setiono meredefinisi arti brain, beauty, behavior dengan cara yang effortless dan tanpa pretensi apapun.

Due to increasing tendency of insomnia, saya sejujurnya lupa kapan terakhir kali bangun sebelum jarum jam menyentuh angka delapan pagi, except when I have important appointment of course. Hari Rabu di akhir bulan Juni lalu menjadi salah satu pengecualian tersebut. It’s not even eight o’clock yet, namun saya sudah di jalan menuju daerah Pondok Indah untuk sesi pemotretan dan interview cover edisi ini. I must admit though, it was nice to feel the morning sun again, dan cahaya matahari memang menjadi alasan utama pemotretan harus dilakukan sepagi ini. Begitu tiba di sebuah rumah yang dituju, saya dan fashion editor Anindya Devy langsung disambut hangat oleh sang pemilik rumah, the lady of this chic house, Jessie Setiono herself. Dengan senyuman manis, ia mengajak kami masuk dan langsung ke lantai atas, tepatnya ke sebuah ruang kerja yang dipenuhi berbagai buku dengan topik hukum dan balkon yang menghadap kolam renang.

As one of the Indonesian top models, wajah Jessie memang sama sekali tidak asing bagi siapapun yang tertarik atau berkecimpung di dunia mode. Wajahnya muncul dalam berbagai cover dan fashion spread di semua majalah fashion ternama sama seringnya dengan sosoknya berjalan di atas runway desainer papan atas Indonesia. Kami telah saling follow di Instagram, but it’s actually our first time to meet each other. Pagi itu wajahnya terlihat segar walau tanpa riasan apapun, ia mengikat rambutnya menjadi ponytail dan memakai jersey hitam-putih serta matching pants, she looks as fresh as morning dew. Kasual dan bersemangat, the real life Jessie ternyata lumayan berbeda dari image yang saya tangkap dalam foto-foto spread yang umumnya menegaskan sisi elegan dan refined dari dirinya. With high cheekbones, feline eyes, dan preferensinya berbicara dalam Bahasa Inggris, saya selalu menyangka model berumur 26 tahun ini memiliki darah Kaukasia dalam dirinya. Satu hal yang ditepisnya halus. “Saya Chinese-Indonesian, that’s an Asian me, I look very Asian in that picture, right?” ujarnya sambil menunjuk sebuah foto berpigura di atas meja kerjanya yang menampilkan Jessie kecil dan kedua orangtuanya. “But as I grew up, I have no idea why I just turn into crazy mixture of Asian and Caucasian,” sambungnya seraya tersenyum.

Ketika semua tim sudah tiba, kami pun segera bersiap. Pemotretan kali ini berkonsep natural lighting, jadi kami harus agak bergegas sebelum matahari terlalu terik atau malah mendung. Jessie memekik gemas melihat baju-baju dengan desain fun dari This Is A Love Song dan Alex[a]lexa. Sambil memasang lagu-lagu dari Banks yang merupakan penyanyi favoritnya saat ini, ia membiarkan wajahnya dirias dengan makeup ringan. We want to keep everything as natural and relaxed as possible. Melakukan photo shoot di rumahnya sendiri, Jessie terlihat sangat nyaman. Frame demi frame ditangkap oleh fotografer Dylan Sada tanpa kesulitan berarti. Matahari yang terus beranjak naik membuat udara semakin panas, namun Jessie tanpa mengeluh terus bermain hide and seek dengan bayangan dan cahaya, walau ketika akhirnya pemotretan dirampungkan, wajahnya terlihat agak memerah dan dengan senang hati menyetujui permintaan saya untuk interview sambil makan siang di ruang kerjanya yang nyaman.

jess1
Tepat seminggu sebelumnya ia baru saja mengikuti graduation ceremony dan mendapat gelar Master in International Trade, Investment and Competition Law dari Universitas Pelita Harapan. Terjawab sudah jika koleksi buku hukum di ruangan ini memang miliknya. It’s not her first academical achievement, obviously. Sebelumnya ia juga telah menyandang gelar Bachelor of Business Law dari universitas yang sama dan Bachelor of Commerce dari Curtin University di Perth, kota tempatnya beranjak dewasa sejak berumur 10 tahun, where she still consider as her home town. Semasa di Perth ia menjalani kehidupan senormal anak lainnya yang naik bus ke universitas, bekerja part-time dan hang out bersama teman saat weekend. Karier modelingnya sendiri bermula dari gagasan sang ayah yang menginginkan Jessie yang cuek dan agak tomboy agar lebih feminin dengan mendaftarkannya masuk ke sebuah sekolah model. The modeling school saw potentials in her dan mulai memberikan beberapa pekerjaan modeling, dan karier Jessie pun beranjak dengan mulus. Tak hanya di dalam negeri, tapi juga di regional Asia seperti Bangkok, Hong Kong, Singapura, dan lainnya.
Ia masih mengingat jelas saat-saat awal terjun di dunia modeling tersebut. “Waktu mulai modeling, yang ditekankan adalah ‘a girl has to be very glamorous, you must stand up straight, you can’t slouch, you have to wear nice heels, nice dresses,’ it was so hard for me. Sampai sekarang saya masih merasa jauh dari image glamorous looking girl, I’m very casual and relax… to me it does add character,” ungkapnya. Jessie pun mengaku senang dengan konsep pemotretan kali ini yang lebih laid back dari yang biasa ia lakukan. “I think Nylon is one of my favorite magazines, because its very me, I’m very casual person. People say I slouch, and I do slouch, not because I’m not confident person but it’s just the way I am. Saat berbicara dengan orang lain, when I’m talking with someone like you, I want them to feel relaxed too, I don’t have to be uptight,” ujarnya sambil berpura-pura menegakkan duduknya dan menyilangkan tangannya di atas meja yang membuat kami berdua tertawa.

I like modeling. I really like modeling very much because it has giving me opportunities to travel and meet talented people, tapi modeling juga punya tantangannya sendiri. People think it’s easy, all you have to do is just have pretty face, tapi mereka nggak tau hal yang harus kita hadapi sebagai model. We all have to go through a lot of rejections. They never thought how those rejections could impact our self-confidence or ego. Menjadi model juga dihadapkan dengan standar tertentu orang selalu mengharapkan model untuk skinny, tall, and they scrutinize you up close and personal like ‘your eyes are wide apart’, ‘your hair is too short’, ‘you’re slouching’, things like that… but I personally find beauty in imperfection, so yeah, that’s just my two cents,” ujar Jessie. “So what’s your imperfection?” Tembak saya langsung. “I have many imperfections, there’s a lot that I can’t mention, but I think my imperfections define who I am. For example I think I’m very anxious person, I have to keep on moving, but I think it’s just definition of me and i embrace that. I embrace all my imperfections,” jawabnya santai.

Modeling mungkin lebih seperti satu hal dalam dirinya yang muncul secara natural dalam dirinya, namun Jessie menyimpan passion lain yang lebih besar untuk hidupnya. The law itself. “Saya selalu menyukai tantangan yang dihadapi lawyer. But I think law’s changes one’s perspective about life, mengajarkan orang untuk berpikir lebih filosofis dan dalam. Why does the law exist, what’s the impact for the society, I think law is also the way that you can help the society. And I always want to help people. Maybe through law, one day I could make a change. I would eventually use my degree as a lawyer,” terang Jessie tentang pilihan akademisnya.

jess2
Untuk siapapun yang besar di akhir tahun 90-an pasti pernah mengenal serial Ally McBeal yang menceritakan sosok pengacara cantik yang diperankan oleh Calista Flockhart. Saat disinggung tentang itu, ia meresponsnya dengan tawa. “I don’t know why people associates me with Ally McBeal, but she’s pretty hot! Haha. But no, she didn’t inspire me. There’s such a cliché about being a model and do lawyer, like people ask ‘what are you trying to do? Are you trying to prove yourself?’ I was like, ‘No, I’m not trying to prove myself, it’s a self-accomplishment, it’s just something that I always passionate about, even before I start modeling. I want this career path,” ungkapnya. “My parents are very westernized, mereka selalu mengajari saya untuk punya ambisi dan goal dalam hidup. They do think that as women we shouldn’t just being comfortable in our comfort zone, we have to keep improving ourselves, bagaimana membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna untuk orang lain instead of just living comfortably, married and having kids, you know? It’s a standard of what women should do, but women could do more than just stay at home,” ucap Jessie menyoal upbringing yang ia dapat dari keluarganya.

Talk about the marriage itself, Jessie sendiri telah menikah sejak berumur 22 tahun dengan Christian Rijanto, the entrepreneur mogul di balik Ismaya Group yang merupakan figur penting dalam perkembangan gaya hidup urban Indonesia selama satu dekade terakhir ini. Dalam pernikahan yang telah berjalan selama 4 tahun ini, Jessie mengaku tak ada perubahan drastis dalam dirinya. “I’m still do the things that I do before I got married, I go travel, I go out, pursuing my own career and things. The good thing is that Christian… He’s not at all obstructive. Dia tidak menghalangi saya melakukan apa yang saya inginkan, that’s what I like about Christian,” simpulnya.

Membagi waktu antara karier modeling, marriage life, dan mengejar gelar akademis, Jessie memilih traveling sebagai resep anti stress. Saya pun bertanya, tipe traveler seperti apa dirinya. “I’m a light traveler, I do my research before I travel, I need to know where to shop, to eat or go for party, bars. Tapi tergantung dengan siapa perginya, kalau bersama teman-teman, I like to go to the cities, but if I’m traveling on my own or with my significant others, with my husband, I like to go to more relaxed places like mountain or island. Ia bercerita tentang kunjungannya ke Bhutan yang masih meninggalkan kesan manis baginya. “Bhutan is like amazing, its full of culture, everything there is so simple and down to earth,” kenangnya. Dengan alasan yang sama, ia memilih Jogjakarta sebagai destinasi domestik favoritnya. “I like Jogjakarta, its beautiful and very cultural. Bali is also nice, but these days Bali is a little too crowded, but its still very nice quick weekend escape,” imbuhnya. Saat ditanya tentang destinasi selanjutnya, tanpa berpikir lama Jessie menyebut kawasan Australia. “Last time we went to New Zealand for bungee jumping, I’m a thrill-seeker and adrenaline junkie. Next I want to do skydiving, or rock climbing… Uhm not rock climbing, but mountain biking,” ujarnya sambil tertawa.
In term of next goal and future plan, dengan gelar dalam bidang bisnis dan hukum serta suami yang memiliki kerajaan bisnisnya sendiri, orang mungkin menyangka cepat atau lambat Jessie akan bergabung dalam Ismaya. Namun dengan tegas ia mengungkapkan keinginannya untuk membangun kariernya sendiri, walau untuk saat ini ia ingin memanfaatkan waktunya to simply step back and enjoy life. “You know what? I’ve been in school for such a long time that I feel like after I finish my degree, I’m planning to just take a break and maximize my modeling career before I become corporate slave, haha,“ serunya antusias sebelum menambahkan, “But of course I eventually want to have my own business or law firm, but for now I like what I’m doing now. Modeling, traveling… It’s definitely a luxury that I don’t get to have for a very long time.”

jess3

Photography by Dylan Sada

Styling by Anindya Devy

Make-up & Hairdo by Ryan Ogilvy

As published in NYLON Indonesia June-July 2014

Advertisement

Shout out your thoughts!

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s