MERAH

Rasa-rasanya aku bisa mengerti maksud ucapanmu tempo hari, ketika kamu bilang kamu ingin menjadi Abe Sada. Aku yang waktu itu hanya tertawa kecil sambil mengunyah segenggam Yuppi warna-warni berbentuk teddy bear ketika mendengarnya dan wajahmu yang merajuk cemberut melihat reaksiku. Lalu kamu segera mengambil iPod dan memasang Kate Bush keras-keras di kupingmu, berusaha tidak mengacuhkanku sebisamu. Sampai aku menarik lepas earphone-mu dan kamu mau tak mau menatap ke arahku yang sudah memakai permen Yuppi berbentuk gigi drakula di gusiku dan kamu pun terkikik geli. Lalu kita berbaikan dan berceloteh tentang aneka bentuk permen Yuppi warna-warni sambil diiringi sayup-sayup Jesus & Mary Chain di laptopku. Ucapanmu tentang Abe Sada pun memudar ditutupi teddy bear, ular, botol cola, gigi drakula dan pizza beraneka warna.

Rasa-rasanya aku bisa mengingat dengan jelas tentang kejadian tempo hari seolah hal itu baru enam jam yang lalu. Namun ada yang mengganjal tapi aku tak tahu apa itu. Ah yang pasti, setiap momen bersamamu masih kuingat dengan jelas. Apa kamu ingat pertama kali kita bertemu di Bandung dulu? Saat menonton Homogenic dan mata kita terpaut dan tenggelam di antara Trust yang getir? Kamu selalu bilang kepadaku untuk jangan terlalu sentimental. Tapi toh kamu juga yang selalu menangis ketika menonton Lost in Translation, Big Fish dan My Girl.

Rasa-rasanya aku bisa menghitung setiap detik yang kita habiskan bersama. Namun selama aku mengenalmu selama itu pula aku tidak bisa benar-benar mengenalmu. Satu sisi, kamu seperti soda yang meletup-letup dan di sisi lain kamu seperti sumur. Dingin, gelap dan dalam. Kamu pernah bilang untuk lebih baik menatap lurus ke depan daripada menengok ke belakang. Aku ingat waktu itu aku bertanya kasual tentang permainan apa yang kamu paling suka ketika SD dulu. Waktu itu aku merasa kamu tidak suka membicarakan masa lalumu. Namun secepat kilat kamu menggandeng tanganku dan mengajakku berlari menembus hujan, menyepak semua pikiranku jauh-jauh dan melemparku ke hari hujan paling uhm…romantis (kamu tahu kan aku paling tidak suka memakai kata itu karena terdengar seperti telenovela atau novel Marga T) sepanjang hidupku.

Rasa-rasanya aku bisa mengerti maksud ucapanmu tempo hari, ketika kamu bilang kamu ingin menjadi Abe Sada ketika aku melihat pesanmu di cermin kamar mandiku. Ditulis olehmu memakai  remahan Yuppi berbentuk teddy bear warna merah, yang selalu kau sisakan untuk dimakan terakhir:

maaf…maaf…maaf…

Dan aku tak pernah melihatmu lagi.