Perhelatan tahunan Korea Indonesia Film Festival akan digelar kembali dengan memboyong film-film beragam genre dari Korea Selatan.
Seperti yang telah saya ceritakan di sejarah singkat film Korea, dunia perfilman Korea telah mengalami pasang-surut akibat gejolak politik, kultur, dan ekonomi dalam sejarah Negeri Ginseng tersebut. Kini, seiring dengan kepopuleran Korean Wave yang tetap belum terbendung, kehadiran film-film Korea Selatan di seluruh dunia lewat berbagai festival film maupun penayangan publik sama sekali bukan hal asing.
Di Indonesia, film-film kontemporer Korea Selatan telah memiliki pangsa pasarnya sendiri, khususnya lewat jaringan bioskop CGV Cinemas (sebelumnya dikenal dengan blitzmegaplex dan CGV blitz) yang dari awal muncul memang berusaha menawarkan pilihan yang lebih beragam di luar film Hollywood. Thanks to them, kita pun bisa turut menyaksikan film-film laris Korea Selatan seperti Train to Busan (2016) secara legal di layar lebar. Komitmen mereka untuk memperkenalkan film Korsel ke Indonesia pun dipertegas dengan menggelar Korea Indonesia Film Festival (KIFF), acara tahunan yang dibesut bersama Korean Cultural Center Indonesia (KCCI).
Untuk tahun ini, KIFF akan digelar tanggal 18 sampai 21 Oktober di empat kota, yaitu: CGV Cinemas Grand Indonesia Jakarta, Social Market Palembang, J-Walk Jogjakarta, dan Daya Grand Square Makassar. Total 20 film akan ditayangkan di festival kali ini, empat di antaranya adalah film Indonesia yang meliputi Dilan 1990, Pengabdi Setan, Si Doel the Movie, dan Susah Sinyal. Dengan harga tiket yang dibanderol hanya Rp15.000 per film, rasanya sayang untuk melewatkan festival ini begitu saja. Film Korea Selatan apa saja yang menjadi highlight di KIFF 2018 ini? Let’s see one by one.
The Negotiation (2018)
Ditunjuk menjadi film pembuka, film besutan sutradara Lee Jong-seok ini adalah crime thriller yang berfokus pada Ha Chae-yoon (Son Ye-jin), seorang negosiator Kepolisian Seoul yang harus adu kepala dengan Min Tae-koo (Hyun Bin), penyelundup senjata yang melakukan penyanderaan di mana Ha Chae-yoon hanya punya waktu 12 jam untuk menyelamatkan nyawa para sandera. Film ini sendiri baru tayang di Korea Selatan pada tanggal 19 September lalu dan mendapat respons positif baik dari Korsel maupun internasional. As opening movie, film ini hanya akan ditayangkan tanggal 18 Oktober di CGV Grand Indonesia dan khusus untuk undangan. Tapi kabarnya, setelah KIFF, film ini akan ditayangkan untuk publik mulai tanggal 24 Oktober nanti.
Forgotten (2017)
Korea Selatan punya reputasi bagus dalam genre mystery thriller dan film garapan Jang Hang-jun ini berhasil menjadi bagian yang tak mengecewakan. Jin-seok (Kang Ha-neul) baru saja pindah rumah bersama kedua orangtua dan kakak lelakinya, Yoo-seok (Kim Mu-yeol). Pada suatu malam, Jin-seok melihat kakaknya diculik masuk ke dalam sebuah mobil van dan setelah 19 hari tanpa kabar, kakaknya pulang ke rumah tanpa memori apapun tentang penculikan yang ia alami. Namun, Jin-seok yang mengidap hipersensitivitas merasakan ada perubahan dalam sikap kakaknya ditambah suara misterius dari ruangan yang dikunci oleh pemilik rumah sebelumnya. Sang sutradara menggarap cerita ini setelah mendengar cerita temannya yang memiliki sepupu yang menghilang dari rumah selama sebulan dan kembali dengan sikap seperti orang yang benar-benar lain. Selain itu, ia pun mengambil inspirasi dari dongeng asal Prancis, Bluebeard, tentang seorang pria kaya yang gemar membunuh istri-istrinya dalam sebuah ruang rahasia.
1987: When the Days Comes (2017)
Mengambil latar tahun 1987 dan berdasarkan peristiwa nyata yang berujung pada Gerakan Demokrasi Juni yang mengakhiri rezim militer Presiden Chun Doo-hwan di Korea Selatan. Protes mahasiswa besar-besaran yang mengubah sejarah Korsel ini dipicu oleh terungkapnya kematian aktivis mahasiswa Park Jong-chul setelah ditangkap dalam sebuah demonstrasi pro-demokrasi dan disiksa dalam interogasi yang kejam. Kasus yang hendak ditutupi aparat ini pun terkuak ketika sekelompok orang dengan sekuat tenaga membawanya ke permukaan. Disutradarai oleh Jang Joon-hwan, film political thriller ini berhasil mendapat penghargaan Best Director di Cinema Asia Film Festival dan Baeksang Arts Awards (Grand Prize Film) di Asian Film Awards 2018.
The Spy Gone North (2018)
Di tahun 1993, berembus kabar Korea Utara tengah mengembangkan senjata nuklir yang menjadi momok hingga hari ini. Mantan perwira militer Korea Selatan, Park Suk-young (Hwang Jung-min) direkrut oleh National Intelligence Service (NIS) untuk menyusup ke militer Korea Utara dengan nama sandi “Black Venus”. Dalam penyelidikannya, ia menemukan kesepakatan rahasia antara pejabat tinggi Korea Utara dan Korea Selatan yang membuatnya terjebak di posisi serba salah. Terinspirasi dari kisah nyata Park Chae-seo, mata-mata Korsel yang menyusup ke fasilitas nuklir Korut, film besutan Yoon Jong-bin ini ditayangkan perdana di Cannes Film Festival 2018.
Along with the Gods (2017 & 2018)
Diangkat dari webtoon karya Joo Ho-min, film bergenre action fantasy yang disutradarai oleh Kim Yong-hwa ini terbagi menjadi dua film. Film pertama memiliki sub judul The Two Worlds yang dirilis 20 September 2017 lalu dan di bulan Februari 2018 menjadi film yang paling banyak ditonton nomor dua dalam sejarah film Korea Selatan. Sekuelnya yang dirilis Agustus 2018 lalu memiliki sub judul The Last 49 Days dan dua sekuel berikutnya direncanakan syuting tahun depan. Premis kedua film ini sendiri berpusat pada seorang pemadam kebakaran bernama Kim Ja-hong (Chae Tae-hyun) yang setelah meninggal dibawa ke alam baka oleh tiga grim reapers, Gang-lim (Ha Jung-woo), Haewonmak (Ju Ji-hoon), dan Lee Deok-choon (Kim Hyang-gi). Ketiganya menemani Kim Ja-hong yang punya waktu 49 hari di alam baka untuk menyiapkan diri menghadapi pengadilan untuk menentukan nasibnya di afterlife.
The Battleship Island (2017)
Meneruskan tradisi panjang film bertema sejarah dan patriotisme di masa pendudukan Jepang, film karya Ryoo Seung-wan ini bercerita tentang pulau kecil bernama Hashima di dekat pesisir Nagasaki, di mana 400 orang Korea menjadi tahanan kerja paksa. Seorang musisi yang ingin menyelamatkan putrinya, petarung jalanan, tentara pemberontak, dan seorang comfort woman menemukan diri mereka berada di pusaran konflik yang berujung pada usaha untuk meloloskan diri dari pulau tersebut. Dengan set yang digarap serius dan memakan biaya produksi lima kali lebih besar dari film domestik Korsel pada umumnya, film ini mendapat penghargaan Best Art Design di Blue Dragon Film Awards 2017.
Gonjiam: Haunted Asylum (2018)
Pecinta film horor tidak boleh melewatkan film besutan Jung Bum-shik yang mengusung genre found footage horror ini. Sekelompok kru kanal YouTube horor berencana melakukan live broadcast di sebuah gedung tua bekas rumah sakit jiwa demi mengejar target mendapatkan satu juta penonton. Mereka melakukan ritual pemanggilan arwah dan tentu saja kejadian-kejadian mengerikan pun siap menyambut mereka di gedung angker tersebut. Gonjiam sendiri merupakan gedung angker yang benar-benar ada di daerah Gwangju dan disebut sebagai salah satu tempat paling berhantu di Korea dan di tahun 2012 CNN Travel memasukkannya ke daftar 7 tempat paling mengerikan di dunia. Film ini pun tak lepas dari rumor ganjil yang menyelimuti proses produksinya. Hanya beberapa hari setelah film ini dirilis, salah satu aktor yaitu Lee Seung-wook yang melakukan debutnya di film ini mengumumkan ia pensiun dari dunia film dan tidak pernah hadir dalam agenda promosi film ini. Ia menyebutkan alasan personal sebagai keputusannya, namun kita sebagai pecinta film horor mungkin setengah berharap ada alasan yang lebih misterius di balik keputusan tiba-tiba tersebut. Oh ya, khusus di pemutaran CGV Grand Indonesia, film ini akan ditayangkan di layar Screen X untuk sensasi kengerian yang maksimal.
Selain 7 judul di atas, KIFF 2018 juga akan menayangkan Golden Slumber (2018) karya Noh Dong-seok yang bergenre action thriller, The Princess and The Matchmaker (2018) yang merupakan romance comedy masa kerajaan,serta The Accidental Detective 1 & 2 yang memadukan crime comedy dan thriller.
Di samping film-film komersial, kita juga bisa menyaksikan special art screening film teater dan opera A Bird Story, Dallae Story, dan Magic Flute yang ditayangkan secara gratis. Melengkapi keragaman tersebut, Korean ASEAN Animation Omnibus yang merupakan kumpulan film animasi dari Korea dan negara-negara ASEAN akan ditayangkan khusus di CGV Pacific Place Jakarta hari Jumat 19 Oktober jam 7 malam dengan gratis.