Kalau kamu pernah menyaksikan penampilan L’Alphalpha, kamu pasti tahu jika vokalis band tersebut, Herald Reynaldo, gemar memakai trapper hat saat tampil di panggung sebagai gimmick yang melengkapi musik indie pop/post-rock beratmosfer dingin yang mereka bawakan. Trapper hat sendiri adalah item penting saat musim dingin karena tak hanya berfungsi menghangatkan kepala tapi juga menjadi fashion item berkat bentuknya yang lucu. But as you know, we got no winter here, jadi mencari trapper hat di Indonesia bukan hal yang mudah, itulah yang mendorong Herald untuk membuat trapper hat sendiri bersama temannya Rara Nindita dengan label Polar Deer.
“Nama Polar Deer sendiri awalnya tercetus buat proyek musik/band yang ingin gue rintis. Rara suka sama nama itu dan minta izin buat dipakai jadi label nama clothing line yang mau dia buat, terus gue kepikiran ya kenapa nggak digabung saja. Kebetulan waktu itu, gue sama Rara masih kuliah di Bandung dan di sana masih cocok hawanya untuk pakai trapper hat. Kalau di Jakarta suka lihat beberapa yang pakai kalau ke gig musik,” ungkap Herald. Untuk koleksi awal, Polar Deer merilis berbagai model trapper hat dan beberapa apparel yang juga terkesan winter seperti jaket dan ponco. Selain konsepnya yang memang cenderung untuk udara dingin, salah satu keunikan Polar Deer lainnya adalah setiap pembelian akan mendapat CD berisi 3 lagu dan satu video musik/lookbook yang menurut Herald, inspirasinya datang dari duo electronic Jepang COLTEMÖNIKHA, produser Yasutaka Nakata dan fashion designer Keito Sakai.
“Kalau next project, kami mau coba mengeluarkan produk yang lebih wearable dan trapper hat yang agak berbeda, jadi nggak harus pakaian dingin lagi seperti produk-produk awal, karena base kami bukan di Bandung lagi tapi sudah pindah ke Jakarta,” cetus Herald tentang rilisan mendatang Polar Deer. Kalau L’Alphalpha sendiri, kapan akan merilis album kedua? “Kami baru rekaman dua lagu baru, entah itu untuk album/EP atau rilis single, kami masih nabung untuk album berikutnya. Doain aja.” Jawab cowok berumur 23 tahun yang diminta membuat mixtape kali ini. Prepare your trapper hat, its gonna be cold.
Interpol
“NYC”
Lagu paling favorit dari album terkeren milik Interpol! Lagu panas yang terasa dingin di saat yang sama.
The xx
“Islands”
Menurut gue, mungkin album xx adalah salah satu album paling romantis sepanjang sejarah indie rock. Dan “Islands” adalah lagu pertama yang membuat gue jatuh cinta dengan The xx.
Serena Maneesh
“Drain Cosmetics”
Salah satu band shoegaze terbaik era 2000-an, menurut gue sah untuk menjadi penerus sound My Bloody Valentine, dengan cara yang berbeda tentu saja..
Daft Punk
“Something About Us”
Lagu terbaik dalam kategori love song bagi gue. Bisa gue repeat berkali-kali sampai puas.
Deerhunter
“Vox Humana”
Entah apa yang disyairkan Bradford Cox di lagu ini. Tapi setiap mendengarkan, gue selalu termenung dan di benak gue banyak cerita yang tergambar seperti film pendek di lagu ini.
TV on The Radio
“Family Tree”
Indie rock dengan vokalis yang memiliki keturunan darah Afrika itu nggak pernah gagal untuk jadi band bagus.Dan lagu ini bagus banget dari awal sampai akhir.
M83
“New Map”
Hentakan drum serta nyanyian yang ada di lagu ini bikin gue semangat banget,
Jonathan Boulet
“A Community Service Announcement”
Suasana lagu ini sangat menyenangkan, cobalah berjalan diiringi lagu ini dengan mp3 player kamu, ritme lagu ini tidak akan mengganggu ritme berjalan dan sangat pas.
Bloc Party
“So Here We Are”
Seperti kata Kele Okereke setiap kali sebelum dia memainkan lagu ini secara live. “If you had a bit too much of whatever, this song is for you.”
Wu Lyf
“Heavy Pop”
Gue selalu merasa optimis setiap dengar lagu ini. Penuh dengan teriakan-teriakan semangat sekelompok anak muda yang membicarakan kebebasan.
As published in NYLON Indonesia Culture Club October 2012