48 Hours at Jogja: Show Your Colors!

Mengeksplorasi warna-warni kreatif Jogjakarta dalam dua hari yang artsy.

Jogja yang dikenal sebagai salah satu destinasi budaya di Indonesia memang memiliki sejuta pesona yang menarik untuk dieksplor, tak terkecuali industri kreatif yang memang sedang berkembang pesat di kota seni tersebut. Atas undangan Sampoerna AMOTION, tanggal 11 dan 12 April silam, saya pun berkesempatan untuk datang ke Jogja dan melihat sendiri geliat komunitas kreatif yang ada di daerah istimewa tersebut. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir saya ke Jogja, so I’m very excited for this weekend trip!

Day 1
Sabtu pagi tanggal 11 April, saya berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Adisucipto. Perjalanan ke Jogja berlangsung kurang dari satu jam tanpa kendala apapun. Tiba di Adisucipto saya bertemu tim Sampoerna dan Kang Motulz (@motulz) yang juga menjadi salah satu blogger yang diundang sekaligus akan mengisi workshop kreatif keesokan harinya. Tepat waktunya makan siang, tujuan pertama kami adalah mengisi perut di The House of Raminten yang memang menjadi salah satu tempat makan yang wajib didatangi di Jogja. Terletak di daerah Kota Baru, House of Raminten menyajikan sajian angkringan seperti nasi kucing, nasi liwet, dan menu-menu unik seperti ayam koteka, serta pilihan minuman berbasis susu yang disajikan dalam mug berbentuk, well, “susu”. Dengan desain interior bernuansa Jawa yang diselipi guyonan sana-sini, porsi menu yang besar dengan harga yang murah, tak heran kalau tempat ini selalu ramai oleh turis maupun warga lokal.

House of RamintenSelesai makan siang, kami check in di hotel tempat kami menginap, Santika Hotel di Jl. Jenderal Sudirman dan setelah refresh sejenak, kami pun segera pergi lagi menuju Jogja Expo Center, tempat digelarnya The Parade 2015 yang memang menjadi tujuan utama dalam trip kali ini. Digagas oleh KICK (Kreatif Independen Clothing Community) Yogyakarta, The Parade merupakan the biggest clothing expo di daerah Jawa Tengah yang setiap tahunnya bisa menyedot sekitar 50 ribu pengunjung yang berasal dari Jogja dan daerah-daerah sekitarnya seperti Solo, Klaten, Semarang, Magelang, Muntilan, dan Purwokerto. Tahun ini merupakan perhelatan keenam dengan mengusung tema “Manufacturing Identity” yang berlangsung selama tiga hari dari tanggal 10 sampai 12 April. Tak hanya menghadirkan bazaar berisi 60 lebih clothing label, The Parade juga diisi oleh pentas band, komunitas-komunitas kreatif, dan workshop seru yang berlangsung di A Create Booth milik Sampoerna AMOTION.

The ParadeSampoerna AMOTION sendiri secara khusus mengangkat tema “Show Your Colors” yang dirasa bisa menggambarkan denyut kreatif di Jogja yang penuh warna. Implementasinya pun dilakukan dengan cara yang fun. Di hari pertama misalnya, diadakan doodling workshop oleh Farid Stevy Asta, vokalis band FSTVLST asal Jogja yang menggunakan medium kartu pos dan marker berwarna merah dan hitam. Selain workshop gratis, di A Create Booth, para pengunjung berusia di atas 18 tahun juga bisa melakukan berbagai aktivasi seru seperti body painting, colorful barbershop, dan proyek do-it-yourself (DIY) mewarnai dan menggambar t-shirt serta dompet kulit sesuai kreativitas masing-masing sambil menikmati penampilan beberapa band. Saat saya tiba di A Create Booth, terlihat Sari Sartje sang vokalis White Shoes & The Couples Company sedang bersiap menggelar workshop doodling dengan medium Chinese ink di atas kertas A5. Dengan cekatan, Sari mengajarkan basic membuat sketsa dengan tinta hitam dan menekankan untuk jangan takut salah ketika berkreasi. Walaupun hasil sketsa saya tidak sebagus karya peserta lain yang keren-keren banget, but it was fun!

Sari White ShoesA Create BoothSelesai workshop, saya pun mulai berkeliling menjelajahi berbagai booth yang ada. Tak hanya clothing brand, tapi juga booth dari komunitas kreatif lainnya, mulai dari urban toys, homedecor, robot, kamera pinhole, hingga aeromodelling club. Ada juga berbagai kompetisi seru mulai dari skateboarding, BMX, modern dance, dan Tamiya yang menunjukkan jika insan kreatif Jogja memang tak kalah dengan kota-kota besar lainnya. Ketika malam tiba, juga diadakan parade Show Your Colors yang menampilkan berbagai odong-odong dan delman yang tampil ngejreng dengan hiasan lampu warna-warni. Sayangnya, karena keasikan ikut workshop bersama Sari, saya terpaksa melewatkan kesempatan untuk ikut dalam parade tersebut.

Odong-odong

Selesai menikmati parade, tim kami bertambah satu orang dengan kedatangan Intan Anggita si @badutromantis dan kami pun meninggalkan JEC untuk makan malam di Mediterranea Restaurant di daerah Tirtodipuran. Dikelola oleh Chef Camille Massard Combe (Kamil), sesuai namanya restoran ini terkenal karena hidangan dari daerah Mediterranean namun malam itu saya sedang mood makan steak. Rib eye dengan sautee potato dan saus chimicurri sukses menumpas lapar, namun kami masih enggan untuk kembali ke hotel. Kami pun mencari makanan manis di Roaster & Bear, sebuah cafe yang terletak di Hotel Harper, Jalan Mangkubumi. Begitu masuk, interiornya yang cute dengan mural bergambar beruang di sana-sini langsung menarik perhatian. Dengan area dua lantai yang terbilang luas, cafe ini kabarnya memang menjadi salah satu tongkrongan baru paling hip di Jogja. Harganya sih standar harga cafe di Jakarta, but its really nice place to visit.

Roaster & Bear

Day 2

Hari kedua di Jogja, petualangan kuliner tadi malam berlanjut dengan sarapan Soto Kadipiro yang memang wajib dicicipi. Di sepanjang jalan hari itu, terlihat banyak iring-iringan massa PPP yang ternyata akan mengadakan gathering di Stadion Kridosono yang kebetulan menjadi tujuan kami selanjutnya. Masih terkait dengan “Show Your Colors”, tembok luar Stadion Kridosono telah disulap oleh para street artist Yogya menjadi galeri mural berukuran besar dengan empat warna utama: biru, merah, kuning, dan hitam. Puas berfoto di depan mural-mural keren, kami menuju ke Kali Code untuk melihat aktivasi Show Your Colors lainnya. Dari atas Jembatan Gondolayu, kami melihat beberapa rumah di bantaran Kali Code telah dicat dengan warna merah, kuning, dan biru yang terlihat seperti kolase, membuat daerah yang dikenal dengan kehidupan masyarakatnya yang kreatif tersebut tambah semarak.

KridosonoKali CodeWaktu sudah beranjak tengah hari dan matahari tepat di atas kepala, mumpung ada waktu luang sebelum kembali ke The Parade, saya dan Komang Adhytama pun menemani Intan berburu vinyl di daerah Tirtodipuran. Sempat nyasar ke toko antik, berkat arahan salah satu teman Intan yang kebetulan ada di Jogja, kami menemukan sebuah rumah tak jauh dari jalan Tirtodipuran yang dalamnya berisi banyak harta karun. Dari mulai vinyl, mainan kuno, sampai radio dan telepon jadul.

RumahRumah2Seorang teman menyarankan saya untuk datang ke Epic Coffee di daerah Sari Harjo, maka saya pun mengikuti sarannya dan setelah sempat harus berputar-putar mencari jalan karena macet, kami tiba di coffee shop yang juga merangkap sebagai toko furniture Epilog tersebut. Terbagi menjadi area indoor bergaya industrial warehouse dan outdoor dengan kebun yang cukup luas, Epic Coffee termasuk salah satu establishment yang membangun hip culture di Jogja saat ini yang memang sedang berkembang. Price list-nya memang cenderung mahal untuk ukuran Yogya namun hal itu sebanding dengan kualitas dan service yang ditawarkan.

Epic CoffeeMenjelang jam tiga sore, kami menuju JEC untuk The Parade hari terakhir. A Create Booth kembali menggelar doodling workshop sebagai kelanjutan dari dua workshop sebelumnya. Kali ini yang memberi materi adalah Kang Motulz, seorang fotografer dan visual artist yang mengajarkan basic membuat sketsa objek dalam bentuk kubus simetris di atas kertas A3. Kang Motulz menekankan para peserta untuk jangan takut memenuhi kertasnya dengan tumpukan kubus dan kemudian mewarnainya dengan warna kuning, merah, atau biru secara acak seusai imajinasi masing-masing. Setelah itu, ada workshop tambahan oleh Mahaputra Vito dari Laurel Studio yang mengajarkan teknik membuat sketsa dari sample gambar dari internet.
Workshop tersebut pun menuntaskan trip saya kali ini. Setelah menyempatkan diri berbelanja di The Parade, kami pun bersiap ke bandara untuk perjalanan kembali ke Jakarta. Well, dua hari memang dirasa sangat kurang untuk menelusuri warna-warni Jogjakarta, namun thanks to The Parade dan Show Your Colors, saya merasa telah cukup banyak melihat ragam kreatif yang dimiliki Jogja saat ini dan berniat kembali lagi in near future, it’s a promise!