13 Lagu Favorit Saya Tahun Ini (Because I’m Too Lazy To Write In English)

Lebih cepat dari hari di kalender, tidak terasa 2013 akan segera berlalu dan ternyata setahun sudah kita survive dari ramalan kiamat 2012 suku Maya dan Mama Lauren (RIP). Time flies, and its not just sentimental phrase anymore. Seperti biasa, dalam satu tahun ini kita tentu mengalami ups and downs dalam hidup dan kini saatnya merasakan lagi rasa bittersweet saat mengingat lagi apa saja yang sudah kita lakukan satu tahun terakhir ini, hal-hal yang telah kita capai, dan apa saja yang telah hilang dari hidup kita setahun ini. Penyesalan adalah hal yang wajar, namun, optimisme pun muncul dengan sendirinya seiring semangat baru untuk menjalani tahun baru yang mudah-mudahan bisa lebih baik dari tahun sebelumnya. Dan apa lagi yang lebih menyenangkan untuk menyambut tahun baru sambil mendengarkan lagi lagu-lagu yang heavy rotation di music player kita tahun ini? Berikut adalah 13 lagu favorit saya tahun ini, in no particular order. Enjoy 🙂

Flight Facilities – Stand Still (feat. Micky Green)

Tahun ini menjadi tahun yang menyenangkan bagi duo DJ asal Australia yang sebelumnya terkenal dengan single “Crave You” ini. Berturut-turut mereka merilis lagu-lagu indie electro keren seperti “Clair De Lune” yang gloomy, “I Didn’t Believe” yang soul disco, dan “Stand Still” yang berisi vokal dari penyanyi pop & blues Aussie, Micky Green. Dibuka dengan bunyi siulan dan detak jam, lagu ini membawa mood super positif di pagi hari. Lagu ini sering kali menjadi lagu pertama yang saya dengar saat di pagi hari berjalan kaki keluar rumah sambil tersenyum ke tetangga dengan langkah ringan. Momen spesial lainnya untuk lagu ini adalah saat menonton live Flight Facilities di DWP kemarin, mereka tampil di stage outdoor dan hujan deras turun tanpa henti namun semua penonton cuek saja dan terus joget-joget lucu. It was nice memory.

Disclosure – Latch (feat. Sam Smith)

Well, actually lagu ini sudah dirilis di UK bulan Oktober tahun 2012, tapi saya sendiri baru pertama kali dengar saat lagu ini jadi single pertama di album Settle untuk pasar US yang dirilis bulan Januari tahun ini, jadi nggak apa-apa kan masuk list ini? Hehe. Anyway, Disclosure yang terdiri kakak-adik Guy & Howard Lawrence memang menjadi satu nama paling laris di dunia musik internasional tahun ini berkat kejelian mereka meramu bebunyian electro dengan bumbu musik house dan garage. Album debut mereka, Settle, yang mendapat nominasi Best Dance Album untuk Grammy tahun depan berisi 14 lagu dengan banyak hits keren yang lebih keren dari album baru Daft Punk yang overhyped (IMHO). Salah satu yang paling saya suka adalah “Latch” ini, yang bertema rasa posesif saat kita ketemu orang yang kita suka dan nggak mau kita lepas. Maunya nempel terus, figuratively and maybe literally. Vokal Sam Smith dengan pas membangun mood lagu dengan synth juara ini yang awalnya kalem dan perlahan semakin naik sampai akhirnya pecah, just like when we really loving someone.

Lorde – Ribs

Yeah, I know some of you maybe already sick & bored listening to “Royals”, tapi terlepas dari semua hype yang ditujukan untuk penyanyi New Zealand yang baru berumur 17 tahun ini, I must admit she really deserves it. Awalnya saya malas mendengarkan album debut Pure Heroine karena sudah bosan dengan single “Royals” dan semua hype tentang Lorde (dibaca “Lord”, bukan “Lordee”), tapi akhirnya saya pun iseng download dan tiba-tiba album ini jadi album yang paling sering saya putar ulang dari awal sampai akhir karena ternyata saya suka 10 lagu yang ada di dalamnya, especially track keempat ini. Saya suka lirik melankolisnya yang mencantumkan referensi lagu “Lovers Spit” dari Broken Social Scene, dan bagaimana lagu ini  bisa membuat saya mau nangis dan lari di saat yang sama. Saya mengunduh album Pure Heroine tepat satu malam sebelum terbang ke Malaysia untuk meliput Urbanscapes Festival dan lagu ini jadi lagu yang saya ulang-ulang selama di pesawat. And it really fits the emotion that I felt on that time.

FKA twigs – Water Me

Dari awalnya hanya seorang penari latar untuk Jessie J, nama Tahliah Barnett yang merupakan penyanyi dan penari asal London berdarah Jamaika dan Spanyol melesat saat menjadi cover majalah i-D. Dengan nama FKA twigs, dia membuat musiknya sendiri yang merupakan paduan dari R&B dan Trip Hop dengan nuansa ethereal yang sekilas seperti Grimes dengan vokal yang jauh lebih jelas. Misterius dan ganjil, “Water Me” adalah lagu downtempo yang cuma berdurasi 3 menit dengan delapan baris lirik yang implisit, namun mampu membuat impact yang akan mengendap jauh lebih lama dari durasi lagu ini sendiri. Next thing you know, you just want to repeat this song over and over again.

King Krule – Easy Easy

King Krule is the man. No, seriously penyanyi Inggris benama asli Archy Marshall ini adalah anomali. Tidak seharusnya cowok redhead kurus dengan wajah penuh freckles punya vokal seberat itu, tidak seharusnya cowok 19 tahun yang terlihat seperti model Topman meracau dalam emosi dan wisdom yang melampaui umur lahiriahnya, dan tidak seharusnya ia memakai setelan baggy di Abad 21 . “Easy Easy” yang terdengar gritty adalah lagu yang dengan mudah membiusmu dengan instrumentasi gitar yang simple a la 90-an dan aksen Inggris yang sulit untuk ditangkap. Penuh agresi khas remaja Britania Raya, lagu ini terasa begitu real dan mentah, seperti emosi yang sengaja ditahan di dada.

Lily Allen – Hard Out Here

Dari pertama kali muncul, Lily Allen dikenal sebagai penyanyi perempuan dengan attitude dan tema-tema lagu yang menyoal soal feminisme dengan cara yang cuek dan penuh sindirian tounge-in-cheek. Namun, banyak yang kecewa ketika Allen kembali dengan single terbarunya ini, sebuah lagu yang unashamedly pop dipenuhi efek Auto-tune dan video klip yang menampilkan para penari latar kulit hitam dengan gerakan-gerakan tak senonoh. Banyak yang marah karena mengira Allen telah membuang idealismenya untuk menjadi penyanyi “jualan” dan merendahkan wanita kulit hitam. Padahal kalau kita dengarkan liriknya baik-baik, lagu ini adalah sebuah gunting dalam selimut bagi musik pop saat ini. Dalam samaran pop, Allen justru menampar keras dunia musik yang masih didominasi kaum patriarki dan bagaimana standar ganda terhadap penyanyi perempuan masih begitu kuat diterapkan oleh para pemimpin industri musik maupun dari media itu sendiri. Dalam video klipnya, ada adegan yang khusus menyindir video klip “Blurred Lines” milik Robin Thicke yang kerap dikecam karena menjadikan para model perempuan dalam video klipnya hanya sebagai objek. Well, terlepas dari pesan moralnya, this is actually really catchy pop song, walau mungkin tak akan kamu dengar di radio-radio lokal, because there’s gonna be a hella lot of a *BEEP*, *BEEP*, and more *BEEP*

The 1975 – Chocolate

Sebetulnya saya sempat kecewa saat pertama kali mencari musik kuartet asal  Manchester setelah penasaran melihat hype band ini di situs NME. Dari nama band dan foto mereka, saya mengira mereka akan memainkan indie rock yang kasar dan keras, tapi saat akhirnya mendengar lagu-lagu mereka di Youtube, I can’t help but think these guys actually sounds like some pop boyband with leather jackets and scruffy hairs. Yup, surprisingly, indie rock yang mereka mainkan terdengar sangat pop dan easy listening dengan penampilan live yang dipenuhi fans-fans perempuan di depan stage. BUT, I can’t deny kalau ada pesona tersendiri dalam cengkok vokal Matthew Healy sang vokalis yang bisa membuat kaum hawa keplek-keplek. Lagu “Chocolate” adalah lagu indie rock manis beraransemen simpel dengan lirik mudah diingat yang mengajak sing along. Part favorit saya adalah bunyi gitar di menit 0:49 dan lirik “Now you’re never gunna’ quit it, now you’re never gunna’ quit it, now you’re never gunna’ quit it
If you don’t start smoking it, that’s what she said” yang super duper catchy dan menyenangkan.

Joanna Gruesome – Sugarcrush

Nah, kalau kamu mencari band-band Inggris yang mainnya “berantakan” dan “bodo amat”, kuintet asal Cardiff yang namanya merupakan parodi dari Joanna Newsom ini adalah pilihan yang tepat. Sesuai judulnya, lagu ini seperti dibuat anak-anak rusuh yang lagi sugar rush dicampur zat-zat halu. Dibuka dengan kocokan reverb khas noise pop berisi vokal duet cewek-cowok dan detail-detail bebunyian sonik di sana-sini, bersiaplah untuk banjir reverb, muntah pelangi, dan klimaks di satu menit terakhir yang super rusuh dengan aftertaste yang bikin ketagihan.

Justin Timberlake – Mirrors

I always have a soft spot for JT, dari zaman dia masih keriting sampai pakai pomade seperti anak Brightspot sekarang. Alasan suka lagu ini, karena kalau di hotel pasang Channel V atau MTV, pasti lagu ini ada aja dan jadi nyangkut di kepala. Secara objektif, lagu ini berdurasi 8 menit lebih yang tentu saja lumayan lama bagi sebuah lagu pop, but somehow ternyata nggak bikin bosen. Diproduksi oleh Timbaland, lagu midtempo ballad R&B ini berisi efek-efek suara yang menarik, mulai dari bunyi beatbox, vocal loop, piano, orkestra dan vokal falsetto JT (yang biasanya lumayan annoying) di lagu ini terdengar laidback dan soulful, dengan banyak “oohs” dan “aahs”. This could be a new wedding anthem for the now generation.

Jirapah – Crowns

Talk about wedding, lagu dari band Jakarta favorit saya ini yang terinspirasi dari film Rocket Rain adalah salah satu yang paling getir dan juara. Filmnya sendiri memang menyinggung soal pernikahan dan Jirapah menerjemahkannya dalam bunyi hazy khas mereka. Vokal Ken Jenie di lagu ini terdengar lebih kalem dan lebih mudah didengar dari biasanya, dengan lirik metaforis yang menangkap kegelisahan dalam perkawinan dengan jenius. Aransemen penuh reverb tentu saja menjadi senjata utama dan ditutup oleh monolog dari Mar Galo yang mengutip manifesto pernikahan dalam suatu adegan di film Rocket Rain. Monolog yang bertumpuk dan terus bertumpuk seiring makin meredupnya bunyi instrumen latar sampai akhirnya percakapan satu arah itu terasa mengepung dan membuat sesak, untuk kemudian pergi begitu saja tanpa basa-basi. Haunting dan poetic, untuk efek maksimal, tonton videoklipnya yang dibuat oleh Anggun Priambodo yang berisi footage dari acara pernikahan sepasang pengantin yang dengan epiknya, entah bagaimana sang pengantin pria bisa melihat video ini dan menuliskan pesan di YouTube: “Surprise, haru, dan merasa lucu. Ini acara pernikahan kami 26 tahun yg lalu. Salut untuk karya yang kreatif. Thanks ya…!”

The War On Drugs – Red Eyes

Saat mendengar The War On Drugs merilis single baru pasca album Slave Ambient (2011) dan ditinggal Kurt Vile, saya bergegas mencarinya di internet and it was really love at the first heard, jujur saya sampai menitikkan air mata karena saking bagusnya lagu yang merupakan single pertama dari album ketiga Lost in the Dream yang akan dirilis bulan Maret tahun depan tersebut. Berisi aransemen indie rock Amerikana dan vokal Adam Granduciel yang dengan effortless memainkan emosi, lagu ini adalah tipe lagu yang tetap terdengar luar biasa di mana pun kita mendengarkannya, entah itu di konser, di udara, di sebuah toilet umum, atau di sebuah road trip. Melancholic, nostalgic, and uplifting at the same time, saya bisa mendengarkan lagu ini berjam-jam sambil merenung dan merasa bahagia sekaligus sedih. I really can’t describe how awesome this song is, you should really listen to it by yourself.

Panama – Always

Lagu synthpop dari band Australia yang dipenuhi nada-nada berkilau nan glorious ini adalah lagu yang paling saya dengar saat saya merayakan ulang tahun ke-27 bulan Oktober lalu dengan berlibur ke Ubud. Menutup mata dan membiarkan diri ini tertidur mendengarkan lagu ini sambil bersyukur pada hidup adalah salah satu momen istimewa tahun ini. Personal note aside, lagu ini adalah pengingat bahwa lagu-lagu indie synthpop terbaik di dua dekade terakhir ini masih berasal dari band-band benua Kangguru tersebut.

Taylor Swift – 22

 I don’t know about you, but I’m feeling 22. Karena walaupun tahun depan saya akan berumur 28 tahun, saya masih merasa berumur 22 tahun di hati dan jiwa ini, haha! What can I say? I love Taylor Swift and this friggin song. Now dance.

Cheers for the New Year and the new chance for us to finally get it right.

2 thoughts on “13 Lagu Favorit Saya Tahun Ini (Because I’m Too Lazy To Write In English)

Leave a reply to Sukayanto Cancel reply