A League of Her Own, An Interview With Natalie Ludwig

Dari Dartmouth sampai Dolce & Gabbana, dengan cantik Natalie Ludwig melangkah seimbang di antara kehidupan akademis di kampus Ivy League yang tersohor dan kariernya sebagai rising supermodel di berbagai pentas fashion dunia. 

Pada tanggal 11 September 2015 lalu, bertempat di dermaga Pier 26 dengan pemandangan cahaya matahari terbenam yang membentang di atas Sungai Hudson, New York City, hampir 100 model turun beriringan untuk berjalan di atas runway Givenchy koleksi Musim Semi 2016. Seperti yang bisa diharapkan dari rumah mode legendaris asal Prancis yang saat itu masih dinahkodai oleh sang Creative Director Riccardo Tisci (baru bulan Februari kemarin ia mengumumkan rencananya meninggalkan Givenchy setelah 12 tahun di sana), pagelaran mode tersebut berlangsung dengan spektakuler. Dengan koreografi kreasi seniman garda depan Marina Abramovic, deretan model tersohor seperti Mariacarla Boscono, Kendall Jenner, dan Joan Smalls memeragakan koleksi yang menjadi tribute bagi peringatan serangan teror yang menimpa kota tersebut 14 tahun sebelumnya. Ethereal and divine, para model yang mayoritas mengenakan pakaian berwarna hitam, putih, dan gading terlihat seperti para peziarah sekaligus penyintas. Di antara wajah-wajah familiar yang telah lama malang-melintang di atas catwalk, terselip satu wajah yang terlihat asing, namun seakan menghipnotis para penonton untuk memerhatikan gerak-geriknya di atas panggung.

03580007

Sang pemilik wajah bernama Natalie Ludwig. Runway tersebut adalah kali pertama model asal Kanada ini berjalan di fashion week dan pintu masuknya ke dunia fashion sebagai model eksklusif untuk Givenchy. Dibantu oleh casting director kepercayaannya, Patrizia Pilotti, bukan hal yang aneh bagi Riccardo Tisci untuk, once in awhile, memilih wajah-wajah paling fresh sebagai model eksklusif bagi show Givenchy, dalam artian, sang model terpilih hanya boleh berjalan untuknya di musim tersebut. It’s once in a lifetime opportunity and almost like a rite of passage to a stardom. Butuh lebih dari keberuntungan untuk mendapat kesempatan itu, dan Natalie Ludwig punya banyak hal yang membuat seorang Riccardo Tisci dan casting director manapun menyukainya. “Saya tidak bisa memikirkan alternatif lain yang lebih baik untuk memulai karier saya. And yes, I’ll never forget the magic of that show! Tentu saja saya sangat nervous tapi saya berusaha sebisanya agar hal itu tak terlihat. Pakaian yang saya kenakan adalah extraordinary works of art, the energy was moving, and the show took place in New York City on September 11th,” kenangnya.

Nat, demikian gadis kelahiran Vancouver, 14 Juli 1995 ini biasa dipanggil, bergabung di agensi model pertamanya saat masih berumur 13 tahun, namun baru di tahun 2014 ia bergabung di agensi papan atas Elite Management. Setelah debut yang impresif sebagai model eksklusif untuk Givenchy di Musim Semi 2016, di musim berikutnya ia langsung melesat sebagai fresh face paling dicari di kancah fashion week dunia. Rumah mode termahsyur mulai dari Burberry, Valentino, Maison Margiela, hingga Dolce & Gabbana berebut memintanya untuk berjalan di show mereka.

Diberkahi oleh tubuh semampai dengan kecantikan klasik bak Dewi Venus, gadis berdarah Kanada dan Jerman ini memang seakan terlahir untuk menjadi seorang model. Namun, bukan berarti ia menganggap modeling adalah poros utama dalam hidupnya. Ketika banyak model muda lainnya mencurahkan fokus dan masa muda mereka untuk karier modeling sampai rela meninggalkan bangku sekolah, bagi Natalie edukasi adalah hal yang tak bisa ditawar. Kendati menjadi model yang tengah naik daun dengan sejuta peluang terhampar di hadapannya, ia memutuskan untuk tetap menikmati masa mudanya seperti teman-teman sebayanya dan melanjutkan kuliah di jurusan Sosiologi di Dartmouth College, salah satu universitas Ivy League bergengsi di Amerika Serikat. “Bukan hal yang mudah untuk kuliah sekaligus kerja, tapi mendapatkan degree adalah hal yang penting bagi saya, jadi saya secara secara maksimal berusaha menyeimbangkan keduanya. Saya menghabiskan satu semester untuk fokus kuliah, semester berikutnya untuk modeling, dan kembali ke kampus semester selanjutnya secara bergantian. It’s allowing me to devote different portions of time to each and try to stay on top of both. Saya juga merasa beruntung punya kesempatan untuk kuliah di salah satu universitas Ivy League karena bisa mendapat banyak inspirasi dari teman-teman kampus yang datang dari latar yang sangat beragam.”

            Itu adalah caranya untuk tetap menjalani hidupnya dengan “biasa” seperti remaja pada umumnya. Namun, mungkin “biasa” memang bukan suatu kata yang tepat untuknya. Ia berasal dari keluarga yang tak asing dengan sorotan lampu dan atensi. Ibunya, Sharlene, adalah mantan aktris; ayahnya, Harald Horst Ludwig adalah businessman dan petinggi dari perusahaan showbiz Lionsgate, sedangkan kakaknya adalah Alexander Ludwig, aktor yang muncul sebagai Cato di The Hunger Games dan serial Vikings di History Channel. Sebelumnya, Alexander juga memulai karier sebagai model untuk Abercrombie & Fitch saat fotografer Bruce Weber melihatnya di perpustakaan University of Southern California dan baru-baru ini adik perempuan Natalie, Sophia, juga baru bergabung di IMG Models mengikuti jejaknya. So it’s really a family affair for her. Melihat latar belakang keluarganya, kamu mungkin bertanya-tanya apakah Natalie akan mulai merambah ke akting dan tampaknya memang hanya tinggal menunggu waktu hingga saat itu tiba. “Iya, saat ini saya sedang mencari kelas akting, karena saya merasa art form dari modeling dan akting sebetulnya berjalan beriringan,” ungkapnya.

            Genetically blessed dan didukung support system yang kuat dari keluarganya, adalah hal yang mendebarkan untuk menanti hal-hal menakjubkan apa lagi yang bisa ia lakukan di masa depan. Tapi untuk sekarang, menyelesaikan kuliah dan meniti karier menuju status supermodel adalah fokus utamanya. Di antara jeda waktu menunggu wajahnya dirias and hit the runway, Natalie menjawab interview berikut ini di belakang panggung pagelaran Ralph Lauren untuk New York Fashion Week musim ini.

03570006.jpg

Di mana kamu tumbuh besar dan apa pengaruh dari masa kecilmu yang terbawa sampai sekarang? Saya lahir dan besar di Vancouver, Kanada, di keluarga besar yang sangat adventurous! Sekarang pun kalau sedang tidak modeling saya suka traveling, ski, hiking, main tennis dan melakukan aktivitas penuh adrenalin lain seperti bungee jumping, sky diving, kayaking, etc. I’m always up for testing my boundaries and trying new things. Hal itu membuat saya menjadi orang yang cukup pemberani dan mengajari saya untuk stand my own ground, yang menurut saya sangat penting di industri yang sedang saya jalani.

Apa cita-citamu waktu kecil dulu? Waktu kecil saya selalu ingin menjadi penyiar berita. Dulu saya selalu menonton berita setiap pagi sebelum berangkat sekolah dan terpesona dengan sosok orang-orang yang menyampaikan berita-berita penting untuk dunia.

Jadi apa yang membuatmu terjun ke modeling? Saya mulai modeling di usia 13 tahun saat saya di-scout Lizbell Agency di sebuah field hockey game. Ketika saya pindah ke East Coast untuk kuliah, saya bergabung di Elite New York, untungnya karena jarak kampus dan agensi saya sangat dekat jadi saya bisa melakukan keduanya sekaligus! Saya suka modeling karena pekerjaan ini membuat saya bisa mengeksplor diri sendiri melalui emosi dan karakter yang berbeda-beda yang harus saya tampilkan di set.

Apa hal yang kamu baru pelajari dari dunia fashion dan modeling saat kamu akhirnya terjun ke dalamnya? Kamu akan menyadari jika industri ini ternyata bisa mengajarkan banyak hal tentang diri kamu sendiri. Hal itu terasa ketika saya bereksperimen dengan fashion lebih dalam, bekerja dengan fotografer yang berbeda-beda dengan visi masing-masing.

Apakah kamu punya pencapaian favorit di dunia modeling sejauh ini? Saya rasa saya tidak bisa memilih satu yang paling favorit, tapi menjadi model eksklusif untuk Givenchy selalu menjadi hal yang membanggakan bagi saya! Yang baru-baru ini, saya lagi di Times Square dan melihat wajah saya di American Eagle Holiday Campaign terpampang di atas jalanan, which was a very cool moment for me!

03590008x

Bila harus memilih antara runway dan photo shoot, mana yang membuatmu lebih excited? Keduanya sangat exciting, jadi kembali lagi tergantung pada job itu sendiri. Tapi yang jelas, there is nothing that compares to the energy you feel as you walk on the runway.

Di antara major fashion week capitals, kota apa yang menjadi favoritmu dan kenapa? My favorite fashion week capital is Paris. There is a special sense of magic in the air there, causing me to feel constantly inspired simply by people-watching on the streets as I walk to castings.

Kamu sempat mendapat pujian dari Naomi Campbell saat berjalan di Burberry, bagaimana kamu berkenalan dengannya? Siapa saja model favoritmu saat kamu beranjak dewasa? Saya bertemu dengan Naomi pertama kali di Uruguay dan merasa beruntung bisa mengenal dirinya, dia adalah salah satu model yang paling hard-working dan loyal yang pernah saya temui. Saat saya kecil, Naomi adalah model yang saya idolakan, kepercayaan dirinya dari dulu sampai sekarang selalu menginspirasi tanpa batas. Selain Naomi, saya juga mengidolakan Linda Evangelista dan Stephanie Seymour.

Siapa saja yang ada di daftar dream collaboration milikmu? Rasanya tidak mungkin untuk menyebut semua dream job yang saya inginkan, tapi ada banyak para visionaries yang saya harap bisa bekerjasama dengan saya, contohnya seperti Steven Meisel, Patrick Demarchelier, dan Peter Lindberg.

What’s your secret weapon when it comes to confidence? Stay true to myself and only do what makes me happy. When I am happy, I feel confident. Self-love is very important, especially in this industry.

Di Instagram terlihat kamu sangat dekat dengan kakak-adikmu, siapa yang paling dekat denganmu di keluarga? My siblings are my best friends no question, I Facetime with all of them daily, it would be evil to pick a favorite! Haha.

Kamu mengambil major Sosiologi di Dartmouth, kenapa dan apa yang membuatmu passionate di bidang itu? Saya tertarik pada Sosiologi karena ini ilmu tentang manusia dan budaya. Saya passionate soal humanitarian work. Baru-baru ini saya bergabung di “Model Mafia”, sebuah grup aktivis yang digagas oleh Cameron Russel dan saya tidak sabar untuk terlibat di proyek-proyek yang akan datang.

Menyinggung tentang politik, bagaimana iklim politik belakang ini mempengaruhi dirimu? Hal apa yang ingin kamu ubah dari dunia? Saya harus bilang jika saya bangga menjadi orang Kanada karena negara ini tetap menjadi negara yang menghargai perbedaan dan menerima semua orang. I would love for the world to be a more accepting and safe space.

Tell us about your personal style, how would you describe it and what’s your sartorial signature? Gaya personal saya cukup free-spirited dan menyesuaikan dengan kegiatan yang saya lakukan. Kalau lagi kuliah, saya hanya memakai pakaian yang kasual dan agak sporty, a lot of Adidas originals and Supreme! Tapi kalau lagi modeling di New York, saya cenderung memakai pakaian warna hitam, with good vintage statement pieces to spice things up.  

Jika kamu bisa memilih satu karakter fiksi untuk menggambarkan dirimu, siapa yang akan kamu pilih? Carrie Bradshaw dari Sex and The City karena dia mampu menyeimbangkan antara cinta, fashion, karier, dan teman-temannya, dengan great sense of humor about it all.

Have you ever been in love? What makes you fall in love with someone? I’ve been in love once. I fell In love because he always pushed me to be a better version of myself. I think having someone who encourages you to grow is extremely important.

Apakah kamu termasuk orang yang membaca dan mempercayai horoskop? I love reading my Cancer horoscope everyday, it keeps me mindful! 

Saya dengar kamu suka mendengarkan musik sebelum berjalan di runway atau sebelum photo shoot untuk membangun mood, apa yang sedang kamu dengarkan belakangan ini? “Paris” dari The Chainsmokers, “White Inversion” dari Post Malone, dan “Free Fallin” dari Tom Petty. Selera musik saya sangat beragam!

Kamu telah berpergian ke banyak tempat, punya destinasi impian yang belum terlaksana? Destinasi travel impian saya adalah Peru. Saya selalu ingin hiking dan melihat Machu Picchu dengan mata sendiri.

 Apa saja yang menjadi bucket list tahun ini? Do a half marathon, work with youth at risk in New York, go gorge jumping, and launch the starting of a fashion line with my brother, Alexander Ludwig. 

Terakhir, what’s the best advice you ever got, in term of modeling or life in general? “Good things happen when you show up”.

Photographer: David Richardson.

Stylist: Jo Heng.

Assistant Stylist: Enyu Lin.

Makeup: Kentaro Kondon.

Hair: Jake Gallagher.