Art Talk: The Inky Juxtaposition of Mediocrux

mediocrux_onel-and-ervi_picture

Sama halnya dengan seorang penulis, sometimes being an artist is a lonely job. Bagi mayoritas, berkesenian adalah proses “bertapa” seorang diri dengan ego dan pemikiran personal, but some artists are lucky to have a fellow artist as their partner, in sense of romance, creative, or both. Seperti yang dialami oleh Norman Dave Carlo Nelwan (Onel) dan Eugenia Ervi, sepasang ilustrator dan tattoo artist Jakarta yang berkarya bersama dengan nama Mediocrux. “Kita awalnya satu kampus, cuma nggak dekat, lalu kita kembali bertemu lagi saat bekerja di kantor yang sama. Semenjak satu kantor kita mulai banyak berdiskusi dan ternyata kita memiliki cukup banyak persamaan lalu kita pacaran, hehehe. Sembari mengisi masa pacaran kita coba untuk membuat proyek bersama, lalu terbentuklah Mediocrux,” terang Onel dan Ervi yang sama-sama lahir di tanggal 24 Maret (Onel yang lahir di tahun 1991 lebih tua setahun dari Ervi). Mediocrux yang dimulai pada pertengahan 2015 pun menjadi platform kolaboratif bagi keduanya. Tak hanya terbatas oleh kertas, kanvas, dan dinding, Mediocrux juga membuat customary item yang bisa digunakan sehari-hari, seperti leather patches, sketchbook, dan dompet untuk menyebut segelintir produk yang dibuat secara hand-made dan hand drawn oleh tangan keduanya dari awal hingga selesai.

Apa cerita di balik nama Mediocrux itu sendiri? “MEDIOcre + horcRUX”, mediocre karena kita merasa banyak banget ilustrator yang karyanya bagus-bagus banget jadi sebenarnya mediocre ini diambil dari rasa minder kita dan horcrux karena kita suka dengan konsepnya (padahal kita bukan fans berat Harry Potter) di mana horcrux dipakai untuk menyimpan sebagian jiwa seseorang, di sini kita menganalogikan karya kita sebagai horcrux.

Apa saja influence untuk kalian dalam berkarya? Dari hal yang kita alami, obrolan sehari-hari, film yang kita tonton, musik yang kita dengar, buku yang kita baca, juga dari hal-hal yang mengganggu pikiran.

Siapa saja artist favorit kalian? Kalau Onel: Albrecht Dürer dan Danny Fox. Ervi: René Magritte.

Karya kalian identik dengan warna hitam yang pekat, baik di Mediocrux maupun personal, how do you two describe your own aesthetic? Kenapa hitam sejujurnya kita juga nggak tau pasti kenapa, cuma setiap ngebayangin mau gambar apa, yang kebayang ya gambarnya warnanya hitam. Mmm… bagi kita less is more, kurang lebih sih itu juga yang kita terapin dalam berkarya.

15338420_245515072529189_6178674402234728448_n

Untuk di Mediocrux sendiri dinamikanya seperti apa saat berkarya? Is there a clash of ego? Saat berkarya bersama kita biasanya brainstorming bareng lalu pada saat eksekusi karya, kita biasanya bagi porsi setengah-setengah untuk memenuhi ego masing-masing.

What it feels like to be a couple and making art together? Sangat menyenangkan karena bisa saling tukar pikiran dan jadi lebih mudah memahami satu sama lain as a couple.

Dari berbagai medium yang pernah kalian olah, apa yang menjadi favorit? Kertas dan kulit sih sejauh ini.

ef19c2263d089dc9d22db0ba827d2cba

Sejauh ini project apa yang memorable bagi kalian? Bagi kita kayanya sih yang paling memorable itu self-project kita dalam membuat merchandise Mediocrux, karena di situ kita banyak eksplor baik media maupun teknik dalam membuatnya.

Apa project selanjutnya? Untuk project mendatang kita ada rencana untuk buat buku ilustrasi,  tapi baru rencana aja sih, hehe.

What’s your dream project? Yang lagi kita jalani sekarang.

13715299_1751089861825515_423680283_n

http://www.instagram.com/mediocrux/