On The Records: Ramayana Soul

ramayana-soul-2

Memadukan bunyi musik tradisional India dengan musik rock Inggris mungkin sama sekali bukan hal yang asing seperti yang sudah lama dipopulerkan oleh The Beatles di akhir 60-an atau band Britpop Kula Shaker yang melejit di 90-an dengan single “Govinda” yang berbahasa Sanksrit, namun tetap saja rasanya selalu menyenangkan mendengar paduan sitar yang magis dengan sounds gitar yang modern. Adalah Ramayana Soul, band raga-rock/psychedelia gagasan Erlangga Ishanders yang sebelumnya dikenal sebagai gitaris band indie legendaris Jakarta bernama Pestolaer yang membawa formula tersebut ke ranah lokal. “Jujur awalnya nggak ada kepikiran, semua ngalir kaya air karena ada kesempatan. Singkat kata, semua berawal dari musik kamar seperti biasa. Yang pada akhirnya solid terbentuk sebagai band di 2010,” ungkap vokalis yang akrab disapa Angga tersebut. Melihat langsung penampilan live mereka yang membius di mana Angga dengan bertelanjang kaki akan bergantian memainkan sitar dan keyboard atau justru bernyanyi cuek sambil menari diiringi nyanyian chanting dari Ivon Destian dan aransemen padu dari 3 personel lainnya, its enough to take you to higher realm of sonic and stay grounded at the same time. “Kalau dibilang influens mungkin jadi rahasia dapur, tapi kalau yang membangkitkan adalah beberapa musisi yang notabene di luar sana kalau ngomongin agama sulit tapi mereka bisa. Kenapa kita yang di sini yang lebih beragam kok nggak bisa? Contoh kaya Ray Charles besar dari dunia gospel dan Enya yang segitu ribetnya dunia dia bisa lurus bikin sesuatu tanpa mandang bulu agama,” ungkap Angga tentang warna musik mereka. Setelah baru-baru ini merampungkan kolaborasi eksklusif dengan Studiorama Sessions dalam bentuk video musik, band ini pun dicanangkan tampil dalam gelaran Studiorama Live kelima pada tanggal 18 Oktober nanti di Rossi Musik Fatmawati.

WHO: Erlangga Ishanders (vokal, sitar, gitar, harmonium, tabla), Adhe Kurniawan (gitar), Ivon Destian (vokal), Kaisar Irfan Tirtamurti (bass) dan Sultan Bimo Kamil (drums, tabla).

WHERE: Jakarta.

INFLUENCES: The Stone Roses, Kula Shaker, George Harrison, Ian Brown, Ravi Shankar, Enya. “Yang paling nggak bisa munafik adalah psychedelic, itu akarnya. Cuma kita bukan hippies, kita bukan bohemian, kita nggak mencoba untuk jadi mereka,” cetus Angga.

BEHIND THE NAME: “Itu sebetulnya ‘kepeleset’ aja nggak tau kenapa, jadi waktu dianjurin temen buat main di acara ditanya ‘nama band lo apa?’ nah Ramayana Soul ini yang keluar. Nggak ada arti yang spesifk, cuma terbersit seketika.”

LISTEN THIS: “Jaya Raga Jiwa” yang menenangkan seperti mantra, “Mawar Batu” yang dari judulnya seakan terinspirasi dari The Stone Roses dan “Aluminium Foil” dengan aransemen psych rock dan peralihan vokal mencengangkan dari berbisik hingga lantang berteriak. “Lagu itu bercerita tentang beberapa kaum yang menjauhi fitnah sebagai loyalitas terhadap Penciptanya. Dan beberapa cerita tentang kaum yang nggak bisa lepas dari madat,” ungkap Angga.

LOCAL MUSIC HEROES: “Udah jelas Rhoma Irama. Kalau dibilang suka musiknya sih nggak, tapi kok dia bisa berpikir segitu jauhnya. Pas banget waktu musik India dateng, teknologi rekaman di Indonesia lagi maju-majunya sampai Rhoma Irama juga dapat serapan dari Deep Purple hingga akhirnya dangdut terlihat kaya gitu, nggak yang Melayu atau terlalu stagnan.”

HOMETOWN GLORY: “Kita ngeliat scene sekarang udah beragam dan lebih berani dari sisi positif tentunya.”

BEST GIG: “Semua gigs berkesan, tapi sejauh ini yang lebih berkesan kita main di acara Polpang vol. 1 pemutaran acara film Amuk, karena menurut kita sangat menyenangkan dan apresiasif.”

NEXT PLAN: “Sejauh ini kita nggak pasang target sebagai hal yang idealis. Yang penting jalan aja. Album adalah next target. Kita akan mengeluarkan full album bekerjasama dengan Wasted Rockers Records berisi 8 materi yang rampung dan juga dibantu beberapa kawan kita dari Sineping yang membantu pembuatan video klip single kita nantinya.”

https://soundcloud.com/ramayanasoul